Guys, pernah dengar tentang Dynamic Positioning System atau yang sering disingkat DPS? Kalau kalian berkecimpung di dunia maritim, atau sekadar penasaran sama teknologi kapal canggih, pasti udah nggak asing lagi sama istilah ini. DPS ini ibarat sistem kemudi otomatis super pintar yang bikin kapal bisa diam di posisinya, bahkan di tengah laut yang ombaknya lagi ganas-ganasnya. Keren, kan? Nah, di artikel ini kita bakal kupas tuntas soal apa sih DPS itu, gimana cara kerjanya, dan kenapa penting banget buat berbagai jenis operasi kelautan. Jadi, siap-siap ya, kita bakal menyelami dunia teknologi maritim yang bikin geleng-geleng kepala!

    Apa Itu Dynamic Positioning System?

    Jadi gini, Dynamic Positioning System (DPS) itu adalah sebuah sistem komputerisasi canggih yang dipakai di kapal-kapal modern. Tugas utamanya adalah menjaga posisi dan arah kapal secara otomatis tanpa perlu jangkar. Bayangin aja, kapal kalian bisa stay put di satu titik koordinat GPS, tanpa bergeser sedikit pun, meskipun ada arus laut yang kuat, angin kencang, atau ombak yang lagi gede-gedean. Teknologi ini bener-bener revolusioner, guys. Dulu, kalau mau kapal diam di satu tempat, ya harus pakai jangkar. Tapi jangkar punya keterbatasan. Nggak semua area laut bisa pakai jangkar, misalnya kalau dasarnya terlalu dalam atau terlalu berbatu. Nah, di sinilah DPS berperan. Dia pakai kombinasi sensor, komputer, dan thruster (baling-baling dorong) buat terus-menerus mengoreksi posisi kapal. Jadi, kalau ada angin dorong kapal ke kiri, komputer DPS langsung perintahkan thruster di kanan buat nyalain mesin, ngelawan arah angin, biar kapalnya tetep di tempat. Simpel tapi super efektif, kan? Sistem ini nggak cuma buat kapal perang atau kapal penelitian aja, lho. Kapal-kapal yang beroperasi di lepas pantai, kayak kapal pengeboran minyak, kapal penambat kabel bawah laut, bahkan kapal pesiar mewah pun banyak yang udah pakai DPS. Kenapa? Karena akurasi dan kemampuannya menjaga posisi kapal di tempat yang spesifik itu krusial banget buat keselamatan dan efisiensi operasi mereka. Tanpa DPS, banyak pekerjaan di laut yang nggak mungkin bisa dilakuin dengan aman dan tepat sasaran. Misalnya nih, kalau lagi ngebor minyak di tengah laut, kapalnya harus stay di atas titik sumur minyak. Kalau goyang dikit aja, bisa berabe urusannya. Nah, DPS ini yang jadi penyelamatnya. Dia memastikan kapal tetap presisi di posisinya, bikin operator bisa fokus sama pekerjaannya tanpa khawatir kapalnya hanyut terbawa arus. Makanya, DPS ini bukan cuma fitur tambahan, tapi udah jadi standard equipment di banyak kapal modern yang butuh presisi tinggi.

    Bagaimana Cara Kerja Dynamic Positioning System?

    Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling seru: gimana sih Dynamic Positioning System ini bekerja? Gampangnya gini, guys, DPS itu kayak pilot otomatis super canggih yang nggak cuma ngatur arah, tapi juga ngatur posisi kapal secara real-time. Sistem ini tuh gabungan dari beberapa komponen penting yang saling bersinergi. Pertama, ada yang namanya sensor. Sensor ini tugasnya ngumpulin data dari lingkungan sekitar kapal. Ada banyak jenis sensor yang dipakai, mulai dari sensor GPS (Global Positioning System) buat tau posisi kapal di peta dunia, sensor DGPS (Differential GPS) buat akurasi yang lebih tinggi lagi, sensor Inertial Navigation System (INS) yang pakai giroskop dan akselerometer buat ngukur gerakan kapal, sampai sensor akustik kayak USBL (Ultra-Short Baseline) atau LBL (Long Baseline) yang bisa ngukur jarak kapal ke objek di bawah laut, kayak ROV (Remotely Operated Vehicle) atau wellhead. Nggak cuma itu, ada juga sensor buat ngukur kecepatan angin, arah angin, kecepatan arus laut, bahkan kemiringan kapal. Semua data ini penting banget buat komputer DPS ngambil keputusan. Setelah data terkumpul, data tersebut dikirim ke komputer pusat (main computer). Komputer inilah otaknya DPS. Dia punya algoritma canggih yang terus-menerus menghitung posisi kapal yang diinginkan (set point) dan membandingkannya dengan posisi kapal yang sebenarnya berdasarkan data dari sensor. Kalau ada perbedaan sekecil apa pun, misalnya kapal mulai sedikit bergeser dari posisi yang ditentukan karena diterpa angin, komputer ini langsung bereaksi. Dia bakal ngasih perintah ke sistem thruster. Thruster ini adalah baling-baling dorong yang terpasang di berbagai sisi kapal, biasanya di bagian bawah. Ada yang bisa diputar-putar (azimuthing thruster), ada yang cuma lurus aja. Nah, komputer DPS akan mengatur seberapa kuat dan ke arah mana thruster ini harus bekerja buat ngembaliin kapal ke posisi semula. Misalnya, kalau kapal terdorong ke depan, thruster di belakang akan aktif mendorong ke belakang. Kalau kapal berputar searah jarum jam, thruster di sisi kiri akan didorong keluar dan thruster di sisi kanan didorong ke dalam, dan seterusnya. Semuanya dihitung secara presisi dan dilakukan dalam hitungan detik, guys. Yang bikin DPS ini makin canggih adalah kemampuannya untuk belajar dan beradaptasi. Algoritma di dalamnya bisa menyesuaikan diri dengan kondisi laut yang berubah-ubah. Jadi, semakin lama beroperasi, DPS ini bisa semakin pintar dalam menjaga posisi kapal. Intinya, DPS itu kayak punya 'tangan' tak terlihat yang terus-menerus 'memegang' kapal biar nggak kemana-mana, meskipun alam lagi 'mencoba' menggerakkannya. Semua berkat kombinasi sensor yang jeli, komputer yang cerdas, dan thruster yang sigap.

    Komponen Utama Dynamic Positioning System

    Supaya lebih jelas lagi nih, guys, mari kita bedah komponen utama yang bikin Dynamic Positioning System (DPS) bisa bekerja dengan sempurna. Tanpa komponen-komponen ini, DPS hanyalah sebuah konsep keren tanpa wujud. Jadi, ada tiga pilar utama yang menopang teknologi DPS ini: Sensor, Komputer Kontrol, dan Sistem Propulsi (Thruster). Ketiga komponen ini harus bekerja sama dengan harmoni yang sempurna agar kapal bisa tetap stabil di posisinya.

    Sensor dan Sistem Referensi Posisi

    Komponen pertama dan paling krusial adalah sensor dan sistem referensi posisi. Ibarat mata dan telinga buat kapal, sensor ini bertugas 'melihat' dan 'mendengar' di mana kapal berada dan apa saja pengaruh lingkungan yang datang. Tanpa sensor yang akurat, DPS nggak akan tahu apakah kapal sudah bergeser atau belum, dan seberapa besar pergeserannya. Ada beberapa jenis sensor yang biasanya terpasang:

    • Global Positioning System (GPS): Ini yang paling umum, guys. GPS pakai sinyal dari satelit buat nentuin posisi kapal di permukaan bumi dengan akurasi beberapa meter. Tapi, buat operasi yang butuh presisi super tinggi, GPS aja kadang kurang.
    • Differential GPS (DGPS): Nah, ini versi upgrade dari GPS. DGPS pakai stasiun referensi di darat yang tahu posisi pastinya. Stasiun ini bakal ngirim koreksi sinyal GPS ke kapal, bikin akurasinya jadi lebih oke lagi, bisa sampai sentimeter.
    • Inertial Navigation System (INS): Sensor ini pakai giroskop dan akselerometer buat ngukur perubahan kecepatan dan arah kapal. Dia bisa ngasih data posisi dan orientasi kapal secara real-time dan independen dari sinyal satelit. Berguna banget kalau sinyal GPS lagi hilang atau terganggu.
    • Acoustic Positioning Systems: Ini biasanya dipakai buat operasi di bawah laut. Ada dua jenis utama: USBL (Ultra-Short Baseline) dan LBL (Long Baseline). USBL pakai transponder di kapal dan di objek bawah laut, sementara LBL pakai jaringan transponder yang dipasang di dasar laut. Keduanya bisa ngukur jarak dan posisi objek di bawah air dengan sangat akurat.
    • Wind Sensors, Current Sensors, dan Motion Sensors: Nggak cuma posisi, DPS juga butuh tahu 'musuh' yang mau geser kapal. Makanya, ada sensor buat ngukur kecepatan dan arah angin, kecepatan arus laut, serta sensor gerak kapal (seperti roll, pitch, yaw) buat mendeteksi pengaruh lingkungan terhadap gerakan kapal.

    Semua data dari sensor ini dikirim ke komputer pusat buat diolah.

    Komputer Kontrol (Control Computer)

    Ini dia otaknya DPS. Komputer kontrol adalah pusat pemrosesan data dari semua sensor. Tugasnya berat, guys. Dia harus terus-menerus membandingkan posisi kapal yang sebenarnya (berdasarkan data sensor) dengan posisi yang diinginkan (set point). Algoritma yang canggih di dalam komputer ini bakal ngitung seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk mengembalikan kapal ke posisi semula. Dia akan memperhitungkan semua faktor, mulai dari arah dan kekuatan angin, arus, ombak, sampai karakteristik kapal itu sendiri. Setelah perhitungan selesai, komputer ini bakal ngirim perintah ke sistem propulsi.

    Sistem Propulsi (Thrusters)

    Terakhir tapi nggak kalah penting, sistem propulsi atau thruster. Ini adalah 'otot' dari DPS. Thruster ini adalah baling-baling dorong yang bisa digerakkan ke berbagai arah dan dengan kekuatan yang bervariasi. Kebanyakan kapal yang dilengkapi DPS punya thruster yang bisa berputar 360 derajat (azimuthing thrusters) atau tunnel thrusters yang dipasang di terowongan lambung kapal. Komputer kontrol akan memerintahkan thruster mana yang harus menyala, seberapa kuat dorongannya, dan ke arah mana agar kapal bisa bergerak melawan gaya yang mencoba menggesernya. Misalnya, kalau angin bertiup dari depan, komputer bisa menyuruh thruster di belakang untuk mendorong kapal maju, atau thruster di samping untuk mendorong kapal mundur. Semuanya diatur secara otomatis dan presisi biar kapal tetap diam di posisinya.

    Gabungan ketiga komponen inilah yang membuat DPS bisa bekerja dengan luar biasa, memastikan kapal tetap stabil bahkan dalam kondisi laut yang paling menantang sekalipun. Pokoknya, teknologi ini bener-bener game-changer di industri maritim, guys!

    Mengapa Dynamic Positioning System Penting?

    Sekarang, mari kita bahas kenapa sih Dynamic Positioning System (DPS) ini jadi begitu penting, guys. Alasan utamanya simpel: keselamatan dan efisiensi. Di dunia maritim, terutama di operasi yang melibatkan banyak biaya dan risiko, menjaga kapal tetap pada posisi yang tepat itu krusial banget. Coba bayangin kalau kalian lagi kerja di anjungan pengeboran minyak di tengah laut. Kapal kalian harus stay exactly di atas titik sumur minyak. Kalau kapalnya hanyut sedikit aja gara-gara ombak atau angin, bisa-bisa mata bor boros dan proses pengeboran jadi kacau. Di sinilah DPS berperan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Dia memastikan kapal tetap stabil di posisinya dengan akurasi yang luar biasa, sehingga para pekerja di kapal bisa fokus pada tugas mereka tanpa khawatir kapalnya bergeser.

    Selain buat industri minyak dan gas, DPS juga penting banget buat berbagai jenis kapal dan operasi lain. Misalnya, kapal-kapal penelitian oseanografi yang butuh diam di satu titik untuk mengambil sampel air atau melakukan pengukuran dasar laut. Atau kapal penambat kabel bawah laut (cable laying vessels) yang harus menjaga posisinya dengan sangat presisi saat menanam kabel di dasar laut. Bahkan kapal-kapal penolong (offshore support vessels) yang membantu kapal lain yang mengalami kesulitan juga sering mengandalkan DPS untuk manuver yang aman dan stabil.

    Keunggulan DPS lainnya adalah kemampuannya untuk beroperasi di area yang nggak memungkinkan pakai jangkar. Laut dalam, dasar laut yang berbatu, atau area yang punya jalur pelayaran sibuk di bawahnya, semua bisa diatasi dengan DPS. Ini membuka peluang baru untuk melakukan operasi di lokasi-lokasi yang sebelumnya sulit atau bahkan mustahil dijangkau.

    Secara efisiensi, DPS juga punya peran besar. Dengan menjaga posisi kapal tetap stabil, waktu yang terbuang karena harus memposisikan ulang kapal jadi berkurang. Ini artinya, pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan biaya operasional jadi lebih hemat. Nggak perlu lagi repot-repot menurunkan dan menaikkan jangkar berkali-kali, yang juga bisa memakan waktu dan tenaga. Terlebih lagi, DPS ini bisa mengurangi potensi kerusakan pada lingkungan laut yang sensitif, karena tidak perlu menjatuhkan jangkar yang bisa merusak dasar laut. Jadi, DPS itu nggak cuma canggih secara teknologi, tapi juga memberikan manfaat nyata dalam hal keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan operasi maritim. Pokoknya, teknologi ini udah jadi game-changer yang nggak bisa dipisahkan dari industri maritim modern!

    Jenis-jenis Operasi yang Memanfaatkan Dynamic Positioning System

    Bro, Dynamic Positioning System (DPS) itu bukan cuma sekadar mainan mahal buat kapal-kapal keren. Ternyata, banyak banget jenis operasi di laut yang bener-bener ngandelin teknologi canggih ini biar sukses dan aman. Kalo kita ngomongin industri maritim, DPS ini udah kayak kebutuhan pokok buat beberapa sektor. Yuk, kita intip beberapa di antaranya:

    Operasi Minyak dan Gas Lepas Pantai

    Ini mungkin sektor yang paling banyak pakai DPS. Mulai dari kapal pengeboran (drilling rigs), kapal produksi (production platforms), sampai kapal suplai (offshore support vessels). Kapal-kapal ini harus stay di satu titik yang sangat spesifik di atas sumur minyak atau gas di tengah laut selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Bayangin aja, guys, kalau kapalnya goyang atau bergeser sedikit, bisa fatal akibatnya. Pengeboran bisa gagal, peralatan bisa rusak, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan. DPS memastikan kapal tetap stabil, kayak nempel di satu titik, meskipun dihantam angin kencang dan ombak besar. Akurasinya itu yang bikin para operator minyak dan gas berani investasi gede di teknologi ini. Tanpa DPS, operasi pengeboran di laut dalam atau di area yang sulit dijangkau itu mustahil dilakukan dengan aman.

    Pemasangan dan Pemeliharaan Infrastruktur Bawah Laut

    Selain migas, pemasangan kabel bawah laut (cable laying) dan pipa bawah laut (pipeline laying) juga sangat bergantung pada DPS. Kapal-kapal jenis ini harus bergerak dengan kecepatan yang sangat terkontrol dan posisi yang presisi saat menanam kabel atau pipa di dasar laut. Mereka harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan dengan akurasi sentimeter. DPS memungkinkan kapal untuk melakukan manuver yang sangat halus dan stabil, memastikan kabel atau pipa terpasang dengan benar tanpa melenceng dari jalur. Begitu juga saat melakukan pemeliharaan instalasi bawah laut, seperti subsea wellheads atau struktur lainnya. Kapal-kapal yang membawa Remotely Operated Vehicles (ROV) atau Autonomous Underwater Vehicles (AUV) sering menggunakan DPS untuk menjaga posisi mereka agar ROV/AUV bisa bekerja dengan aman dan efisien di bawah air.

    Operasi Penelitian dan Survei

    Buat para ilmuwan yang melakukan penelitian di laut, DPS itu adalah teman terbaik mereka. Kapal penelitian oseanografi misalnya, butuh untuk diam di satu titik tertentu untuk mengambil sampel air, plankton, atau melakukan pengukuran arus laut dan seismik. Mereka nggak mau terpengaruh oleh gerakan kapal yang kasar saat melakukan pengukuran yang sensitif. DPS memungkinkan mereka mendapatkan data yang akurat dan konsisten. Begitu juga dengan kapal survei hidrogrrafi yang memetakan dasar laut. Mereka perlu bergerak dalam jalur yang sangat teratur dan presisi untuk memastikan cakupan survei yang lengkap dan akurat. DPS membantu menjaga kapal tetap pada jalur survei yang benar.

    Operasi SAR (Search and Rescue) dan Penyelamatan

    Dalam situasi darurat, DPS juga bisa jadi penyelamat. Kapal SAR atau kapal yang melakukan operasi penyelamatan seringkali perlu menjaga posisi mereka agar stabil di dekat lokasi kecelakaan atau kapal yang tenggelam. Ini penting agar tim penyelamat bisa bekerja dengan aman dan efektif, misalnya saat menurunkan tim penyelam atau menggunakan peralatan penyelamatan lainnya. Kemampuan DPS untuk menjaga posisi kapal di tengah kondisi laut yang mungkin bergelombang sangat krusial dalam operasi yang penuh tekanan ini.

    Kapal Pesiar dan Kapal Kargo (Aplikasi Khusus)

    Meskipun nggak sepenting di sektor lepas pantai, beberapa kapal pesiar mewah dan kapal kargo modern juga mulai dilengkapi DPS, terutama untuk manuver di area pelabuhan yang sempit atau saat melakukan operasi ship-to-ship transfer (transfer kargo antar kapal). Ini membantu meningkatkan keamanan dan kemudahan manuver di situasi yang menantang.

    Jadi jelas ya, guys, DPS itu bukan cuma teknologi 'wah', tapi alat yang sangat vital buat berbagai macam operasi maritim. Dia bikin pekerjaan jadi lebih aman, lebih efisien, dan memungkinkan kita melakukan hal-hal di laut yang dulunya cuma mimpi. Keren banget, kan!

    Tantangan dalam Implementasi Dynamic Positioning System

    Meskipun Dynamic Positioning System (DPS) itu canggih banget, bukan berarti implementasinya mulus tanpa hambatan, guys. Ada aja tantangan yang perlu dihadapi para insinyur dan operator kapal. Ibaratnya, secanggih-canggihnya teknologi, pasti ada aja 'PR'-nya. Nah, mari kita bahas beberapa tantangan utamanya:

    Biaya Investasi Awal yang Tinggi

    Nggak bisa dipungkiri, biaya awal untuk memasang sistem DPS itu nggak sedikit. Mulai dari harga sensor yang canggih, komputer kontrol yang powerful, sampai thruster yang mumpuni, semuanya itu mahal, guys. Belum lagi biaya instalasi dan integrasi dengan sistem kapal yang sudah ada. Makanya, nggak semua kapal, terutama kapal-kapal kecil atau yang usianya sudah tua, bisa langsung pasang DPS. Kebanyakan yang pakai DPS itu adalah kapal-kapal baru atau kapal yang memang didesain khusus untuk operasi lepas pantai yang butuh presisi tinggi. Ini jadi salah satu alasan kenapa DPS masih dianggap sebagai teknologi 'premium' di industri maritim.

    Kebutuhan Tenaga dan Perawatan

    DPS itu butuh daya listrik yang lumayan gede, guys. Terutama untuk mengoperasikan thruster yang bekerja keras menjaga posisi kapal. Makanya, kapal yang pakai DPS biasanya punya sistem kelistrikan yang lebih besar dan redundant (cadangan) untuk memastikan pasokan listriknya stabil. Selain itu, perawatan sistem DPS juga butuh perhatian ekstra. Komponen-komponennya kompleks, mulai dari sensor, komputer, sampai mekanik thruster. Perlu teknisi yang terlatih khusus untuk melakukan inspeksi rutin, kalibrasi sensor, dan perbaikan kalau ada masalah. Kalau sampai ada komponen vital yang rusak di tengah laut, wah, bisa repot banget urusannya. Jadi, biaya operasionalnya juga perlu diperhitungkan, nggak cuma biaya pasang aja.

    Ketergantungan pada Teknologi dan Sinyal Eksternal

    DPS ini sangat bergantung pada sinyal dari satelit (seperti GPS) dan kondisi lingkungan. Kalau sinyal GPS lagi terganggu, misalnya karena cuaca buruk atau ada jamming, akurasi posisi kapal bisa berkurang drastis. Makanya, banyak kapal DPS yang juga dilengkapi sistem referensi posisi lain kayak INS atau sistem akustik buat jadi cadangan. Selain itu, meskipun DPS dirancang untuk melawan arus dan angin, ada batasannya. Kalau kondisi cuaca sudah ekstrem banget, misalnya badai besar dengan ombak raksasa, bahkan DPS pun bisa kesulitan menjaga posisi kapal. Dalam kondisi seperti itu, operator mungkin harus mematikan DPS dan kembali pakai jangkar (kalau memungkinkan) atau melakukan manuver menghindar untuk keselamatan kru dan kapal.

    Pelatihan Kru yang Intensif

    Mengoperasikan kapal dengan DPS itu beda banget sama kapal biasa, guys. Operator DPS harus punya pemahaman mendalam tentang cara kerja sistem, cara membaca data dari sensor, dan bagaimana merespons berbagai kondisi. Mereka perlu pelatihan khusus dan sertifikasi untuk bisa mengoperasikan sistem ini dengan aman dan efektif. Nggak sembarang pelaut bisa langsung jadi operator DPS. Perlu keahlian khusus dan pengalaman yang cukup, terutama dalam menghadapi situasi darurat atau ketika sistem DPS mengalami kendala. Pelatihan yang kurang memadai bisa berakibat fatal.

    Regulasi dan Standarisasi

    Karena teknologi ini terus berkembang, terkadang ada tantangan terkait regulasi dan standarisasi internasional. Perlu ada aturan yang jelas mengenai klasifikasi kapal yang boleh pakai DPS, standar keamanan, dan kualifikasi operatornya. Badan-badan maritim internasional terus berusaha membuat aturan yang sesuai, tapi kadang perkembangannya butuh waktu. Ini penting biar ada keseragaman dan jaminan keamanan di seluruh dunia.

    Jadi, meskipun DPS menawarkan banyak keuntungan, implementasinya tetap butuh perencanaan matang, investasi besar, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Tapi ya, namanya juga teknologi canggih, pasti ada harga yang harus dibayar, kan? Yang penting, manfaat jangka panjangnya seringkali jauh lebih besar daripada tantangannya.

    Kesimpulan

    Nah, guys, dari semua pembahasan tadi, bisa kita simpulkan nih kalau Dynamic Positioning System (DPS) itu bener-bener sebuah terobosan teknologi yang revolusioner di dunia maritim. Ibaratnya, kalau dulu kapal mau diam ya harus pakai jangkar, sekarang dengan DPS, kapal bisa 'nongkrong' di satu titik di tengah laut lepas dengan presisi yang luar biasa, tanpa perlu repot turunin jangkar. Teknologi ini bukan cuma sekadar keren, tapi sangat fungsional dan krusial buat berbagai macam operasi, mulai dari pengeboran minyak di lepas pantai, pemasangan kabel bawah laut, penelitian ilmiah, sampai operasi penyelamatan.

    Kita udah lihat gimana DPS bekerja, mulai dari sensor yang canggih ngumpulin data, komputer pintar yang ngolah semuanya, sampai thruster yang sigap ngatur gerakan kapal. Semua komponen ini bersinergi buat ngasih tahu kapal harus ngapain biar tetep stay di posisinya, meskipun 'didorong-dorong' sama angin, arus, dan ombak. Pentingnya DPS ini nggak perlu diragukan lagi, guys. Dia menjamin keselamatan kru dan kapal, meningkatkan efisiensi operasional karena pekerjaan bisa selesai lebih cepat dan akurat, serta membuka peluang buat beroperasi di lokasi-lokasi yang sebelumnya sulit dijangkau.

    Memang sih, ada tantangan dalam implementasinya, kayak biaya awal yang mahal, kebutuhan perawatan yang intensif, dan ketergantungan pada teknologi. Tapi, melihat manfaat besarnya, investasi di DPS itu sepadan banget, terutama buat kapal-kapal yang bergerak di industri-industri kritis. Singkatnya, Dynamic Positioning System ini adalah bukti nyata bagaimana teknologi bisa membuat pekerjaan manusia di lingkungan yang paling ekstrem sekalipun jadi lebih aman, lebih efisien, dan lebih mungkin dilakukan. Pokoknya, teknologi ini adalah masa depan navigasi dan operasi maritim!