-
Saat Ada Prediksi Kenaikan Harga Saham yang Signifikan: Ini adalah alasan utama kenapa orang beli warrant. Kalau kalian punya keyakinan kuat (berdasarkan analisis fundamental atau teknikal) bahwa harga saham perusahaan penerbit akan naik drastis dalam jangka waktu tertentu, warrant bisa jadi pilihan yang menggiurkan. Kenapa? Karena potensi leverage-nya. Kenaikan 50% di harga saham bisa berarti kenaikan 100% atau lebih di harga warrant. Kalian beli warrant saat harganya masih 'murah', lalu jual saat harganya sudah meroket sebelum kedaluwarsa, atau exercise lalu jual sahamnya. Cari perusahaan yang punya prospek cerah, mau meluncurkan produk baru yang inovatif, dapat kontrak besar, atau ada sentimen positif lainnya yang bisa mendorong harga sahamnya naik.
-
Saat Harga Warrant Jauh di Bawah Potensi Nilai Saham: Kadang, pasar bisa salah menilai atau ada sentimen negatif sementara yang membuat harga warrant turun drastis, padahal fundamental perusahaan masih kuat. Ini bisa jadi peluang buat kalian beli warrant dengan diskon besar. Kalian harus jeli melihat apakah harga warrant saat ini sudah 'terlalu murah' dibandingkan dengan potensi harga sahamnya nanti. Perhatikan selisih antara harga pasar saham dengan harga exercise, dan bandingkan dengan harga warrant yang diperdagangkan. Kalau selisihnya masih besar dan ada waktu yang cukup sebelum kedaluwarsa, warrant bisa jadi 'barang bagus' yang lagi diobral.
-
Saat Perusahaan Melakukan Aksi Korporasi yang Berpotensi Mengangkat Harga Saham: Aksi korporasi seperti merger, akuisisi, spin-off, atau bahkan pembagian dividen khusus bisa memicu kenaikan harga saham. Kalau warrant yang kalian pegang diterbitkan oleh perusahaan yang sedang dalam proses aksi korporasi tersebut, ini bisa jadi momentum yang baik. Tapi, harus dipastikan dulu apakah aksi korporasi itu memang diprediksi akan berdampak positif pada harga saham. Terkadang, berita aksi korporasi juga bisa menimbulkan ketidakpastian.
-
Sebelum Tanggal Kedaluwarsa yang Masih Jauh (Longer Time to Expiry): Warrant dengan masa berlaku yang masih panjang cenderung memiliki nilai waktu yang lebih tinggi. Ini memberikan lebih banyak waktu bagi harga saham untuk bergerak naik mencapai atau melampaui harga exercise. Membeli warrant saat masa kedaluwarsanya masih lama bisa memberikan kalian fleksibilitas lebih untuk menunggu momentum yang tepat. Namun, warrant dengan masa berlaku panjang biasanya harganya lebih mahal dibandingkan yang masa berlakunya sudah dekat.
-
Saat Kalian Ingin Spekulasi dengan Modal Kecil: Buat kalian yang punya profil risiko agresif dan ingin mencoba peruntungan dengan modal terbatas, warrant bisa jadi sarana spekulasi. Kalian bisa membeli warrant dengan jumlah kecil dan berharap harganya naik. Tapi, ingat ya, spekulasi ini berisiko tinggi kehilangan seluruh modal. Gunakan strategi ini dengan sangat hati-hati dan hanya dengan dana 'dingin' yang siap hilang.
- Saat Harga Saham Sudah Tinggi dan Mendekati Harga Exercise: Kalau harga saham sudah mendekati atau bahkan di atas harga exercise, dan masa kedaluwarsanya sudah dekat, potensi keuntungannya sudah berkurang. Risiko warrant hangus jadi lebih besar.
- Saat Fundamental Perusahaan Buruk atau Tidak Jelas: Jangan pernah beli warrant (atau saham apapun) kalau kalian tidak yakin dengan prospek bisnis perusahaan.
- Saat Masa Kedaluwarsa Sudah Sangat Dekat: Kalau warrant tinggal sisa beberapa hari atau minggu lagi untuk kedaluwarsa, dan harga sahamnya belum 'nyampe', lebih baik jangan ambil risiko. Peluangnya sangat kecil warrant itu bisa 'selamat'.
- Saat Kalian Tidak Paham Cara Kerjanya: Ini yang paling penting. Kalau kalian belum ngerti betul gimana warrant bekerja, apa risikonya, dan gimana cara menghitung potensinya, lebih baik jangan dulu terjun ke warrant. Pelajari dulu sampai benar-benar paham.
Apa Itu Saham Warrant?
Guys, pernah denger istilah saham warrant? Buat kalian yang baru merambah dunia investasi saham, mungkin istilah ini agak asing ya. Tapi tenang aja, kali ini kita bakal kupas tuntas soal warrant, biar kalian makin pede buat ngobrolin soal instrumen investasi yang satu ini. Jadi, apa sih sebenarnya saham warrant itu? Saham warrant itu ibaratnya kayak tiket bonus yang dikasih ke investor. Lebih teknisnya, warrant adalah surat berharga yang memberikan hak, bukan kewajiban, kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan penerbit pada harga yang sudah ditentukan sebelumnya (harga exercise) dalam jangka waktu tertentu. Nah, harga exercise ini biasanya lebih rendah dari harga pasar saham saat warrant diterbitkan, makanya ini yang bikin warrant jadi menarik.
Bayangin gini, kalian punya kupon diskon yang bisa kalian pakai kapan aja dalam sebulan buat beli barang favorit kalian dengan harga miring. Nah, warrant itu mirip-mirip kayak gitu, tapi ini buat beli saham. Perusahaan menerbitkan warrant biasanya sebagai bagian dari paket penawaran sahamnya, misalnya saat Initial Public Offering (IPO) atau saat penerbitan saham baru lainnya. Tujuannya? Macam-macam sih, bisa buat menarik minat investor, bisa juga sebagai insentif buat investor yang udah ada. Perlu diingat ya, warrant itu punya masa berlaku. Kalau sampai masa berlakunya habis dan kalian belum 'exercise' hak kalian, ya udah hangus gitu aja. Makanya penting banget buat mantau kapan warrant kalian bakal kedaluwarsa.
Kenapa sih perusahaan mau ngasih 'tiket bonus' kayak warrant ini? Ada beberapa alasan strategis. Pertama, sebagai sweetener untuk menarik investor. Saat perusahaan menerbitkan saham baru, terutama kalau kondisi pasar lagi kurang bersahabat, tambahan warrant bisa bikin tawaran sahamnya jadi lebih menarik. Investor jadi merasa dapet 'sesuatu' lebih selain saham biasa. Kedua, sebagai kompensasi atau insentif. Kadang, warrant diberikan ke investor awal, pemegang obligasi, atau bahkan karyawan sebagai bentuk apresiasi atau kompensasi atas risiko yang mereka ambil atau kontribusi mereka. Ketiga, untuk meningkatkan modal di masa depan. Kalau harga saham perusahaan naik signifikan dan warrant di-exercise, perusahaan akan mendapatkan suntikan dana segar dari penjualan saham baru pada harga exercise. Dana ini bisa dipakai buat ekspansi bisnis, bayar utang, atau keperluan lain.
Jadi, secara sederhana, warrant itu adalah hak untuk membeli saham di masa depan dengan harga yang sudah ditetapkan. Ini berbeda dengan opsi saham (stock option) yang biasanya diberikan kepada karyawan, meskipun konsepnya mirip. Warrant biasanya diperdagangkan di bursa efek layaknya saham biasa. Kalian bisa beli warrant dari investor lain atau jual warrant yang kalian punya. Nilai warrant itu sendiri akan berfluktuasi tergantung pada beberapa faktor, terutama pergerakan harga saham perusahaan penerbit, sisa waktu jatuh tempo, dan volatilitas harga saham.
Memahami konsep dasar saham warrant ini penting banget buat kalian yang mau diversifikasi portofolio investasi. Jangan sampai ketinggalan kereta cuma karena nggak ngerti apa itu warrant ya! Dengan memahami hak dan kewajiban yang melekat pada warrant, kalian bisa membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan strategis. Ingat, investasi itu soal pemahaman dan strategi, bukan sekadar ikut-ikutan. Jadi, yuk kita gali lebih dalam lagi soal seluk-beluk warrant!
Cara Kerja Saham Warrant
Oke, guys, setelah kita tahu apa itu saham warrant, sekarang saatnya kita bedah gimana sih cara kerjanya warrant ini. Memahami mekanisme kerjanya itu kunci banget biar kalian nggak salah langkah dalam bertransaksi. Jadi, bayangin lagi, kalian punya warrant. Warrant ini punya beberapa elemen penting yang perlu kalian perhatikan: harga exercise, tanggal kedaluwarsa, dan rasio konversi. Harga exercise itu adalah harga yang udah ditentukan di mana kalian bisa membeli saham perusahaan penerbit. Misalnya, warrant A kasih hak beli saham PT XYZ di harga Rp 1.000 per lembar. Nah, Rp 1.000 ini adalah harga exercise-nya. Perlu diingat, harga exercise ini biasanya ditetapkan lebih rendah dari harga pasar saat warrant diterbitkan. Ini yang bikin warrant jadi menarik, karena ada potensi keuntungan kalau harga sahamnya naik.
Elemen penting kedua adalah tanggal kedaluwarsa. Semua warrant punya masa berlaku. Setelah tanggal ini lewat, warrant kalian nggak akan bernilai lagi alias hangus. Jadi, penting banget buat kalian pantau kalender kalian dan catat tanggal kedaluwarsa warrant yang kalian pegang. Misalnya, warrant A tadi punya masa berlaku sampai 31 Desember 2024. Kalau sampai tanggal itu harga saham PT XYZ di pasar masih di bawah Rp 1.000, atau bahkan kalian lupa exercise, ya udah, hak kalian hilang begitu saja. Makanya, sebelum kedaluwarsa, kalian harus memutuskan mau exercise hak kalian atau jual warrant-nya.
Elemen ketiga adalah rasio konversi. Rasio ini menentukan berapa banyak saham yang bisa kalian dapatkan dari satu lembar warrant. Misalnya, rasio konversinya 1:1. Artinya, satu lembar warrant bisa ditukar dengan satu lembar saham. Tapi, bisa juga rasionya beda, misalnya 1:5, yang berarti satu lembar warrant bisa ditukar dengan lima lembar saham. Rasio konversi ini juga penting untuk dihitung karena akan mempengaruhi potensi keuntungan kalian.
Nah, gimana cara mainnya? Ada dua pilihan utama buat pemegang warrant: exercising (eksekusi) atau menjual warrant-nya. Pilihan pertama, kalian bisa melakukan exercising. Ini artinya, kalian menggunakan hak kalian untuk membeli saham perusahaan penerbit sesuai dengan harga exercise yang sudah ditentukan. Misalnya, kalau harga saham PT XYZ di pasar sudah Rp 1.500, dan harga exercise warrant kalian Rp 1.000, maka kalian bisa beli sahamnya di Rp 1.000, lalu bisa langsung jual di pasar dengan harga Rp 1.500. Keuntungan kalian adalah selisihnya (Rp 1.500 - Rp 1.000 = Rp 500) dikurangi biaya transaksi, dan dikalikan jumlah saham yang kalian peroleh. Tentunya, ini hanya menguntungkan kalau harga pasar saham lebih tinggi dari harga exercise ditambah biaya-biaya.
Pilihan kedua adalah menjual warrant-nya. Warrant itu sendiri adalah surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek. Kalian bisa menjual warrant kalian ke investor lain sebelum tanggal kedaluwarsa. Nilai warrant di pasar akan berfluktuasi. Biasanya, kalau harga saham perusahaan penerbit naik dan mendekati atau melebihi harga exercise, nilai warrant juga akan ikut naik. Sebaliknya, kalau harga saham turun atau mendekati tanggal kedaluwarsa tanpa ada potensi harga saham naik di atas harga exercise, nilai warrant bisa anjlok. Jadi, kalian bisa jual warrant kalian kapan saja sebelum kedaluwarsa, entah untuk merealisasikan keuntungan, meminimalkan kerugian, atau karena butuh likuiditas.
Perlu diingat juga, warrant itu punya nilai intrinsik dan nilai waktu. Nilai intrinsik adalah selisih antara harga pasar saham dengan harga exercise (kalau positif). Misalnya, harga saham Rp 1.500 dan harga exercise Rp 1.000, maka nilai intrinsiknya Rp 500. Kalau harga pasar di bawah harga exercise, nilai intrinsiknya nol. Nilai waktu adalah nilai tambahan yang melekat pada warrant karena masih ada sisa waktu sampai tanggal kedaluwarsa. Semakin lama sisa waktu, semakin besar nilai waktunya, karena semakin besar peluang harga saham bergerak naik melebihi harga exercise. Nah, harga warrant di pasar adalah penjumlahan nilai intrinsik dan nilai waktu.
Jadi, dalam mengelola warrant, kalian perlu memantau harga saham, tanggal kedaluwarsa, dan membuat keputusan strategis apakah akan exercise, menjual, atau bahkan membiarkannya hangus jika sudah tidak menguntungkan. Paham kan, guys, gimana cara kerjanya? Ini penting banget biar kalian bisa memaksimalkan potensi keuntungan dari instrumen investasi ini.
Keuntungan dan Kerugian Saham Warrant
Setiap instrumen investasi pasti punya dua sisi mata uang, kan? Begitu juga dengan saham warrant. Ada potensi keuntungan yang menggiurkan, tapi ada juga risiko kerugian yang perlu kita waspadai. Jadi, sebelum kalian memutuskan buat nyemplung ke dunia warrant, penting banget buat kita bedah tuntas apa aja sih keuntungan dan kerugiannya. Yuk, kita mulai dari keuntungannya dulu, guys!
Salah satu keuntungan utama dari saham warrant adalah potensi keuntungan yang tinggi dengan modal awal yang relatif lebih kecil. Kenapa bisa gitu? Karena harga warrant di pasar biasanya jauh lebih murah dibandingkan harga sahamnya. Ibaratnya, kalian beli 'tiket' untuk membeli saham di masa depan dengan harga diskon. Kalau harga sahamnya meroket, persentase keuntungannya bisa berkali-kali lipat dibanding kalau kalian beli sahamnya langsung. Misalnya, kalau harga saham naik 50%, nilai warrant bisa naik 100% atau bahkan lebih! Ini karena leverage yang diberikan oleh warrant. Perubahan kecil di harga saham bisa menyebabkan perubahan persentase yang jauh lebih besar di harga warrant.
Keuntungan lain adalah fleksibilitas. Kalian punya pilihan untuk melakukan exercise (membeli sahamnya) jika harga saham sudah sesuai harapan, atau menjual warrant-nya di pasar kalau ada peluang keuntungan cepat atau untuk membatasi kerugian. Fleksibilitas ini memungkinkan kalian untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah-ubah. Kalian tidak terikat untuk langsung membeli sahamnya jika belum yakin, tapi bisa 'mengamankan' hak beli tersebut melalui warrant.
Selain itu, warrant juga bisa menjadi sarana lindung nilai (hedging), meskipun ini lebih kompleks. Bagi sebagian investor, warrant bisa digunakan untuk mengantisipasi pergerakan harga saham tertentu. Namun, ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang strategi opsi dan derivatif.
Nah, sekarang kita masuk ke sisi lain dari koin: kerugian atau risiko dari saham warrant. Risiko terbesar yang perlu kalian sadari adalah potensi kehilangan seluruh modal investasi. Kenapa? Karena warrant punya tanggal kedaluwarsa. Kalau sampai tanggal kedaluwarsa, harga saham perusahaan penerbit tidak pernah mencapai atau melampaui harga exercise, maka warrant kalian akan hangus tanpa nilai. Artinya, uang yang kalian pakai untuk membeli warrant tersebut lenyap begitu saja. Ini berbeda dengan saham biasa yang bisa kalian pegang selama perusahaan itu masih beroperasi.
Risiko lainnya adalah volatilitas harga yang tinggi. Nilai warrant bisa berfluktuasi sangat tajam dalam waktu singkat. Ini bisa jadi pedang bermata dua. Keuntungannya bisa sangat besar, tapi kerugiannya juga bisa sangat cepat. Kalian perlu siap mental menghadapi naik turunnya nilai investasi kalian secara drastis.
Risiko likuiditas juga bisa menjadi masalah. Beberapa warrant, terutama yang diterbitkan oleh perusahaan kecil atau kurang populer, mungkin tidak banyak diperdagangkan di bursa. Ini bisa menyulitkan kalian untuk menjual warrant pada harga yang diinginkan, atau bahkan menjualnya sama sekali saat kalian membutuhkannya. Kalian mungkin harus menunggu pembeli atau terpaksa menjual dengan harga diskon.
Terakhir, ada risiko yang terkait dengan struktur warrant itu sendiri. Perusahaan bisa menerbitkan warrant baru yang bisa mendilusi nilai warrant yang sudah ada, atau ada klausul-klausul khusus dalam perjanjian warrant yang mungkin tidak menguntungkan pemegang warrant. Penting banget untuk membaca prospektus atau dokumen penawaran warrant secara detail sebelum membeli.
Jadi, guys, saham warrant itu menawarkan potensi keuntungan yang besar dengan modal yang lebih kecil, serta fleksibilitas dalam bertransaksi. Tapi, di sisi lain, risikonya juga tidak main-main, mulai dari potensi kehilangan seluruh modal, volatilitas tinggi, hingga masalah likuiditas. Pahami kedua sisi ini baik-baik sebelum kalian memutuskan untuk berinvestasi di warrant. Lakukan riset mendalam, pahami profil risiko kalian, dan jangan pernah berinvestasi lebih dari yang kalian siap untuk kehilangan. Dengan begitu, kalian bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan aman dalam bertransaksi warrant.
Kapan Sebaiknya Membeli Saham Warrant?
Nah, ini pertanyaan penting banget nih, guys: kapan waktu yang tepat buat beli saham warrant? Nggak bisa asal beli aja, lho. Ada momen-momen tertentu di mana warrant bisa jadi instrumen yang menarik buat dilirik. Intinya, beli warrant itu tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham perusahaan penerbit, dengan harapan harga sahamnya bisa melampaui harga exercise sebelum warrant itu kedaluwarsa. Jadi, beberapa kondisi yang bisa jadi pertimbangan kalian untuk membeli warrant adalah:
Kapan Sebaiknya HINDARI Membeli Saham Warrant?
Kebalikan dari kapan sebaiknya membeli, ada juga kondisi di mana kalian sebaiknya tidak membeli warrant:
Intinya, membeli saham warrant itu butuh analisis, timing, dan pemahaman risiko yang baik. Jangan sekadar ikut-ikutan tren atau tergiur janji keuntungan besar tanpa memahami mekanismenya. Pilihlah warrant dari perusahaan yang kalian pahami fundamentalnya, pantau pergerakan harganya, dan tentukan strategi kalian sebelum membeli.
Perbedaan Saham Biasa dan Saham Warrant
Guys, banyak nih yang suka ketuker antara saham biasa dan saham warrant. Padahal, keduanya punya karakteristik yang beda banget, lho. Memahami perbedaannya itu krusial banget biar kalian nggak salah strategi investasi. Yuk, kita bedah satu per satu apa aja sih yang bikin keduanya beda.
Pertama dan paling mendasar, kepemilikan. Kalau kalian beli saham biasa, kalian itu jadi pemilik sebagian kecil dari perusahaan. Kalian punya hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), berhak atas dividen (kalau dibagikan), dan punya klaim atas aset perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Kalian adalah pemegang saham. Nah, kalau kalian beli warrant, kalian itu memegang hak untuk membeli saham di masa depan. Kalian bukan pemilik saham sampai kalian melakukan exercise (eksekusi) warrant tersebut. Jadi, pemegang warrant itu pada dasarnya adalah pemegang hak opsi, bukan pemegang saham langsung sampai hak itu dieksekusi.
Kedua, hak dan kewajiban. Pemegang saham biasa punya hak yang sudah jelas: hak suara, hak dividen, dll. Pemegang warrant punya hak untuk membeli saham pada harga exercise dalam jangka waktu tertentu. Hak ini bisa dijalankan atau tidak. Kalau tidak dijalankan sampai kedaluwarsa, ya sudah, hangus. Pemegang saham biasa punya kewajiban yang lebih pasif, yaitu menunggu keputusan perusahaan atau pasar. Pemegang warrant punya kewajiban lebih aktif untuk memutuskan kapan exercise atau menjual warrant-nya sebelum kedaluwarsa.
Ketiga, sifatnya. Saham biasa itu adalah instrumen ekuitas yang punya nilai intrinsik dari kepemilikan perusahaan. Harganya cenderung mengikuti kinerja fundamental perusahaan dalam jangka panjang. Warrant, di sisi lain, adalah instrumen derivatif. Nilainya sangat dipengaruhi oleh harga saham induknya, sisa waktu kedaluwarsa, dan volatilitas. Warrant punya 'umur' yang terbatas, sedangkan saham biasa secara teori bisa dipegang selamanya selama perusahaan itu ada.
Keempat, potensi keuntungan dan risiko. Saham biasa menawarkan potensi keuntungan dari kenaikan harga saham dan dividen. Risikonya adalah kerugian jika harga saham turun. Warrant menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar (leverage) dibandingkan saham biasa untuk pergerakan harga yang sama, karena modal awal yang digunakan untuk membeli warrant biasanya jauh lebih kecil. Namun, risikonya juga lebih tinggi, yaitu potensi kehilangan seluruh modal investasi jika warrant kedaluwarsa tanpa nilai (harga saham tidak pernah melampaui harga exercise).
Kelima, penerbitan. Saham biasa diterbitkan saat perusahaan IPO atau rights issue. Warrant biasanya diterbitkan bersamaan dengan saham baru (sebagai sweetener), obligasi, atau sebagai kompensasi bagi pihak tertentu. Warrant adalah instrumen yang 'dipaketkan' atau diberikan sebagai tambahan.
Keenam, harga. Harga saham biasa ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar berdasarkan nilai fundamental perusahaan. Harga warrant ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar, namun sangat dipengaruhi oleh harga saham induknya, sisa waktu kedaluwarsa, harga exercise, dan volatilitas pasar. Warrant biasanya diperdagangkan dengan harga yang jauh lebih murah daripada saham induknya.
Ketujuh, dilusi. Ketika warrant di-exercise, perusahaan akan menerbitkan saham baru. Ini bisa menyebabkan dilusi kepemilikan bagi pemegang saham biasa yang tidak melakukan exercise warrant. Artinya, porsi kepemilikan mereka terhadap perusahaan menjadi lebih kecil karena jumlah saham beredar bertambah. Pemegang warrant tidak menyebabkan dilusi sampai mereka melakukan exercise.
Secara singkat, anggap saja saham biasa itu adalah 'rumah' yang kalian miliki. Kalian jadi pemiliknya, bisa nikmatin fasilitasnya, dan nilainya bisa naik turun. Nah, warrant itu kayak 'voucher' atau 'kupon' yang kasih kalian hak buat beli rumah itu di harga yang udah ditentukan, tapi voucher itu ada masa berlakunya. Kalau kalian pakai vouchernya, kalian jadi punya rumahnya. Kalau nggak, vouchernya hangus.
Jadi, mana yang lebih baik? Tergantung tujuan investasi kalian, guys. Kalau kalian mau jadi pemilik perusahaan jangka panjang, investasi di saham biasa lebih cocok. Kalau kalian mau spekulasi dengan potensi keuntungan lebih besar dari pergerakan harga saham dalam jangka pendek dan berani ambil risiko lebih tinggi, warrant bisa jadi pilihan. Yang terpenting adalah pahami dulu perbedaan mendasar ini sebelum kalian membuat keputusan investasi.
Lastest News
-
-
Related News
IBest Bank Nifty Hedging Strategy: A Comprehensive Guide
Alex Braham - Nov 14, 2025 56 Views -
Related News
Las Mejores Bandas Sonoras De Películas Navideñas
Alex Braham - Nov 13, 2025 49 Views -
Related News
The Rookie Season 1: Everything You Need To Know
Alex Braham - Nov 9, 2025 48 Views -
Related News
Building A House: Costs, Factors, And Budgeting
Alex Braham - Nov 14, 2025 47 Views -
Related News
Nike Air Force 1 Low Triple Black: A Timeless Classic
Alex Braham - Nov 14, 2025 53 Views